Minggu, 11 Maret 2018

Seperti Kerinduan Hujan

Seperti Kerinduan Hujan
 


Rindu ...
Bukankah kata yang indah?
jika kehadiran temu membawa bahagia
Kemudian tangis menjadi tawa

Kehadiran yang tiba-tiba menyisipkan cinta
lantas, kenapa ketiadaan mencuri ketenangan?
padahal tiada dia semua pernah menjadi hidup
Tiada dia bahagia pernah ada
dan sekarang kepergiannya mengurung kebebasan 

Kisah yang dinantikan
kisah yang ditata sedemikian rapi
harus dilanda musibah

Apakah kamu tahu, kadar rindu ini?
kadar yang melebihi batas
namun bertahan untuk menanti kepulangan
padahal kamu hanya kelelahan kala kumenunggu

Rindu ...
Bukankah ini berat?
tapi kenapa kau berikan kepadaku?
jika kamu menjadi aku
pasti kau akan menemukan dunia yang pernah kujelajahi
dunia rindu namanya
dunia yang asing di kala mata tak henti melihat ujung jalan

Kebahagiaan yang kau berikan ternyata senyum simpul
yang kembali pada aslinya
Entahlah! kenapa aku masih memikirkanmu
padahal kamu bahagia bersamanya
Entahlah! jangan tanyakan aku ketika kita tak lagi ada
kau pasti tahu bahwa aku sedang belajar menjahit luka
luka yang menganga 

Kau mungkin hanya menggores hati sedikit saja
tapi kau harus tahu, goresan itu ternyata menjalar sampai pikiranku.
bukan hanya hati yang belajar menerima tapi pikiran
ia belajar menyusun cerita hidup tanpa kehadiranmu
lagi dan lagi

  
     


Sabtu, 03 Maret 2018

Usai ...


     Dahulu, kita bukan orang asing seperti ini. Tatapan kita berirama. Semua baik-baik saja, saat ia tak ada. Saat ini, dia tlah kau pilih untuk menjalin hubungan denganmu. Melupakan kenangan bersamaku bagimu adalah hal yang mudah. Kau tak pernah melihat ke arahku, bagaimana keadaanku saat ini atau sekadar bertanya dengan teman-temanku. Sepertinya, tidak. Kau malah bahagia dan tertawa lepas bersamanya seperti yang pernah kau lakukan saat kau masih bersamaku.
     Berhari-hari kucoba untuk belajar ikhlas menerima. Meyakinkan kalau kau bukan jodohku. Kau hanya seorang yang dikenalkan sebentar saja tanpa harus berlarut-larut dalam hati yang sama. Sudah! Tak usah lagi disesali akan cerita yang tlah usai ini. Semua tlah menjadi bubur. Tak ada baiknya untuk hadir dan mengenang masa lalu yang hanya menertawakan kelemahan. 
     Andai kisah ini baik-baik saja, semua akan indah hari ini juga tapi semua tak lagi sama. Berganti semua akan indah pada waktunya dan waktu itu bukan hari ini. Kasih, terima kasih tlah mempersilakanku masuk ke dalam hidupmu, mengobrol ditemani segelas kopi dan teh yang kita sukai. Kau penyuka kopi dan aku penyuka teh. Menjalin kasih denganmu digoda oleh bunga-bunga lain. Matamu tak lagi menuju ke arahku melainkan bunga indah yang kau anggap indah dan menawan. 
     Malam itu, kita berpisah. Kita menjadi aku dan kamu. Sepasang kekasih yang berubah menjadi asing karena kau memilih teman baikku. Hebat. Kau dan dia menjalin hubungan tanpa sepengetahuanku. Hanya menunggu waktunya kau meminta pisah padaku. 
     
     Mengingat hal itu, aku tak pernah menyalahkan pertemuan. Melainkan betapa bodohnya aku dihipnotis oleh cinta yang tak suci. Cinta yang tak pernah puas seperti kau rasakan. Semoga dia tak merasakan hal yang sama seperti aku. Cukup aku yang rasakan. Karena aku tlah tahu bagaimana cara mengikhlaskan tanpa harus membuang banyak air mata. Terima kasih, kehadiranmu kembali menjadi orang asing di mataku. Kelak jika kau memintaku kembali, aku lebih memilih pertemanan karena hal yang sama tak ingin kuulang bersamamu. 


Bunga yang indah tak akan terlihat indah jika cahaya di tempat tersebut tak bersinar. Cinta yang hadir tak akan pernah abadi jika kepercayaan dan kesetiaan tak dipupuk. Keindahan adalah milik mata tapi hati adalah tempat berbincang yang terbaik. Maka belajarlah untuk tidak meminta karma bertamu.

 @Maret

Jumat, 02 Februari 2018

Otak-atik Kenangan


 Mengotak-atik Alam Pikiran
Oleh: Mona Murnita Sari

                                      Hasil gambar untuk gambar buku

Sajakku tlah lelah.
Ia pun berdarah.
Aku takut menjadi nanah.
Sungguh parah.

Ku otak-atik lagi alam pikiranku
perihal diksi yang susah ditemukan
lalu bersembunyi seperti main petak umpet
payah. Mereka sengaja buatku susah.

Istirahat! bisik lelah
karena malam tlah kelat.
kemudian bangun sebab tersontak
mereka nakal
membuka mataku mekar, katanya "kami tak akan nakal"
di layar labtop, ku otak-atik diksi yang terlelap
menjadi puisi yang disemogakan tak pernah padam

   Hai, ini adalah puisiku. Puisi yang sedikit nakal karena susah payah jemari merayu alam pikiran. Menulis puisi itu seperti meramu jamu loh. Ketika mereka meminum jamu itu, peminum itu akan mengalami perubahan. Misalkan, ketika yang meminum jamu, tubuhnya serasa sakit, maka ia percaya bahwa dengan meminum jamu rasa sakitnya berkurang. Jika di tanya, apa iu puisi? Jawaban mereka pasti beraneka ragam. Ada yang mengatakan kalau puisi itu ungkapan hati, atau bagian sastra yang sangat indah dan mungkin cara untuk mengungkapkan perasaan ketika lisan tak berani berkata. 
   Puisi itu tidak hanya seperti yang saya buat. Ada juga puisi yang berbentuk narasi. Tapi bedanya, kan cuma diksinya. Sang penulis pandai tidak bermain diksi. Hemm... diksi itu apa? """ Diksi itu pilihan kata. Nah, kata-kata yang begitu banyak di otak kita, kita pilih yang mana yang sesuai dengan kata sebelumnya. Misalkan "Senyummu membuat bunga di taman hatiku merekah". Nah, kalau dipikir-pikir. Masa ada taman di hati. Bukankah di hati hanya ada aliran darah yang mengatur tubuh kita. Trus kenapa ada taman? Hehehe... itu adalah bagian dari permainan diks. Senyummu itu berarti seseorang yang tersenyum dan ketika kamu melihatnya pasti ada hal yang berbeda gitu. 
   Tetapi, sebagian penduduk dunia, pasti menulis puisi bertemakan cinta, galau, rindu, putus cinta, dan lain sebagainya. Dan yang lebih terkenal itu saat Dilan berkata, "Jangan rindu. Berat. Kau tak akan kuat. Biar aku saja." Aduh, romantisnya... Nah, kalau ada yang berkata rindu pada kalian. Ambil saja deh kata-kata tersebut.Tak usah bilang-bilang ke Dilan. Dilan pasti paham sendiri kok. 
    Saya ada puisi tak bermekaran sih. Mungkin sedikit pelampiasan hati karena rindu tak pernah dibalas. Hahahahaha... boro-boro rindu di balas, toh tak pernah disampaikan. 

Rindu
Oleh: Mona Murnita Sari

Apa kabar kamu?
Rinduku kini di ruang UGD
kenapa kau tak pernah melihatnya?
ataukah kau akan berkunjung
ketika rinduku tlah tiada

Coba kau menjadi aku dan aku menjadi kamu
lalu kamu merasakan apa yang kurasakan
cambuk rindu itu semakin melukai hati
hingga aku sadar bahwa rindu itu tak perlu berkadar besar
karena rindu yang wajar adalah rindu kepada-Nya
maka aku akan merayu-Nya agar kamu menjadi dia

   Ketika lelah merindukan seseorang dan seseorang itu ternyata tak mendengar rindu kita. Aduh, lepaskanlah! Kamu itu sebenarnya kuat, kamunya aja yang mengikuti kesedihanmu. Rindu itu sekadarnya aja. Jangan berlebihan. Karena jika berlebihan, kau akan obesitas. Ooopsss. Jangan marah ya. Cuma bercanda. Maksud saya, rindu itu juga ada batas waktunya. Maka jangan ulangi lagi deh rindu kadaluwarsa untuk mereka yang memilih pergi. Untuk dia yang datang membawa bahagia lalu pergi meninggalkan luka.