Minggu, 21 November 2021

Maaf Ibu

Maaf Ibu

Oleh: Mona Athifa

            Mungkin saja hadirku kurang menyenangkan hatimu. Belum mencerahkan hari-harimu. Dan belum mengoptimalkan senyummu. Ibu, Aku hanya ingin satu, tolong hargai keberadaanku.

Tolong jangan tuntut aku dengan ucapan yang sedikit menyindir apalagi mengikuti seseorang yang suksesnya belum tentu sama jika aku mengikuti caranya.

            Andai ibu tahu, aku sudah berperang otak untuk memikirkan bagaimana caranya aku menjadi yang terbaik di matamu. Tapi tetap saja salah di matamu.  Aku tahu, kamu sudah banyak melewati berbagai rintangan dalam hidupmu, hingga akhirnya kamu mendapatkan apa yang ibu inginkan. Aku tahu, dulu dengan cacian, ibu bisa seperti ini. Tapi apakah itu berlaku juga denganku, ibu? Seoranga anak yang sangat membutuhkan motivasi bukan sindiran yang memabukkan.

            Aku juga tahu, ibu sangat mencemaskan masa depanku. Ibu juga gak percaya bahwa aku bisa memegang hidupku sendiri. Tapi, apakah ibu tahu kalau aku hadir karena izin Allah dan kesuksesan juga atas izin Allah. Aku gak tau lagi harus berkata seperti apalagi. Aku sebagai anak pertama begitu capek dengan tuntutan harus berhasil dan bisa menjadi panutan untuk adik-adik kelak bisa mengikuti kesuksesan aku. Ibu, apa kau tidak pernah melihat titik lelah yang sengaja aku sembunyikan darimu? Aku kalah, ibu. Aku gagal untuk menjadi seperti yang ibu inginkan. Aku gak bisa memberikan ibu dalam hal materi. Mungkin saat ini hanya doa yang kususun rapi dalam bait doaku untukmu, ibu.

            Terlalu sulit hidup yang harus aku perankan sendirian, sementara sayapmu enggan melindungiku. Bahkan perlindungan untuk diriku sendiri tidak kamu terima dengan alasan aku belum punya apa-apa yang bisa memberikanmu ini dan itu sama seperti anak-anak yang lain, bisa memberikan materi dan kebahagiaan disetiap gunjingan baik tentang anakmu. Maaf untuk tidak bisa membanggakanmu secepat yang ibu inginkan.

            Maaf ibu, aku tidak bisa menyampaikan bagaimana gelisahnya hatiku ketika aku tidak mendapatkan cinta darimu, aku hanya mendapatkan ketusan, cacian, sumpah, dan penolakan untuk aku bisa menjadi sukses. Dengan tulisan inilah, aku lebih leluasa menyampaikan betapa sedihnya hati ini. Betapa terpuruknya hati ini saat aku ingin benar-benar diakui sebagai anak yang membutuhkan perlindungan. Apa salah, ibu? Di saat aku belum berkeluarga, apakah aku bisa dipercaya bahakn ibu selalu memotivasiku dalam aktivitas yang aku inginkan.

            Ibu, bukan sindiran yang kumau, tapi disaat kamu bisa menguatkan aku. Menguatkan aku disaat aku merasa tertekan bahkan tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata ibu belum bisa memahami aku. Belum bisa mengerti aku, pemikiran aku, ataupun cara pandangku. Ibu selalu menomor satukan apa yang ibu katakana sendiri. Ibu, aku gak banyak menuntut, aku hanya ingin satu, tolong hargai keberadaanku. Bukankah jika sudah mengharga, ibu gak akan membanding-bandingkan anak sendiri dengan yang lain? Atau membandingkan dengan saudara-saudaranya.

            Seakan aku masih bertanya-tanya, ibu. Apakah hadirku hanya untuk menuruti isi hati dan perkataanmu? Apakah suara dan pembelaanku tak dipentingkan? Apakah pendidikanku dikatakan percuma? Dan profesiku malah dicemooh dengan tawa menyindir? Ibu, tolong dengarkan aku sekali aja, olong rasakan betapa sedihnya anakmu setiap hari, bahkan untuk merasa senang aja harus mikir-mikir, sebab aku takut dengan ucapanmu yang terus-terusan membuat hati patah. Ibu, apakah air mataku tidak berharga di hatimu?

            Aku tau dan sangat mengerti ibu, bahwa miskinnya kita pasti akan dicemooh oleh orang-orang, tidak diakui. Bukankah ibu menginginkan perubahan dalam keluarga kita? Menaikkan derajat keluarga? Sudah aku usahakan ibu, aku mencoba untuk tidak peduli dengan diriku sendiri untuk melakukan apa yang aku suka dan berharap akan berhasil. Tapi ketika ibu tidak memahaminya, ibu menghambat semuanya. Tidak layak seorang anak membenci ibunya sendiri. Dan dalam posisi ini, aku memanglah salah, menentang apa yang ibu ingin dan harapkan.

            Mendengar kisah anak-anak dari temanmu sedikit, ibu sampaikan kepadaku. Seakan ibu menginginkan kebahagiaan yang dimili oleh teman-teman ibu. Ibu, bolehkan aku bertanya? Apakah hadirku tidak membuatmu bahagia? Apakah aku harus mengikuti semua ucapanmu? Ibu pasti gak tau, kalau aku hampir menyerah untuk semua kisah yang harus aku atur sendiri bahkan kisahku saja enggan ibu intip. Tidak mempedulikan hatiku bahkan semakin menjadi-jadi untuk berbuat sesuka ibu. Aku bahkan sadar diri, ibu, aku menggunakan fasilitas yang ibu berikan kepadaku, bahkan aku masih tinggal bersamamu.

            Menikah? Ya, aku juga mengharapkan itu, tapi jodohnya juga belum keliatan, apakah harus dicemooh lagi? Aku ingin berkarya dan bebas tanpa ada rasa takut, ibu. Hanya itu. Dan engkau takkan mengerti. Takkan mengerti. Masalah yang satu belum tuntas, kini, ibu menuntutku untuk segera menikah dengan umur yang seharusnya untuk berkeluarga. Tidak mempedulikan hatiku bahkan harus mendapatkan seseorang yang bisa membanggakanmu, sama halnya seperti anak dari teman-teman ibu, menikah dengan seseorang yang bisa menjamin kehidupan. Apakah aku juga harus begitu, ibu?

            Ibu, aku ingin bebas berkarya tanpa ada rasa takut. Aku ingin bebas berbicara tanpa disanggah dengan sindiran. Apakah bisa, bu? Sebab uangmu bukan yang kuinginkan, meskipun dengan materi aku bisa menjadi seperti ini.

                Aku hanya ingin ibu memahamiku sedikit saja tanpa harus menyinggung perasaanku


November 2021


Jumat, 30 Juli 2021

Sebatas Pernah (Part 1)

            

              Ini kisah antara aku dan dia. Seseorang yang pernah aku kenal dan memberanikan diri untuk jatuh cinta. Tapi, semua tinggal cerita. Seperti kisah yang sudah habis waktunya. Hanya tersisa kenangan dan kebiasaan yang harus aku ubah tanpanya lagi. 

             Tuhan, aku ingin mengatakan kepada-Mu. Sungguh, aku sangat ingin memiliki makhluk-Mu itu. Aku pernah memimpikan kalau aku adalah wanita yang selalu dihatinya. Wanita yang selalu ia rindukan dan wanita yang tak pernah ia lepaskan tanpa alasan sedikitpun. Tapi, mimpiku seketika membangukanku bahwa dia merelakan untuk melepaskanku. Dia pergi meninggalkanku, katanya, dia tak sanggup melihatku banyak pikiran dan merasa kasihan kepadanya. Padahal, aku adalah wanita yang ingin selalu ada untuknya dan slalu ingin membahagiakannya. Tolong Tuhan, tegur dia kalau ada hati yang sakit karena ulahnya.

               Jika dia tak layak untuk kumiliki, tolong jangan hadirkan dia dalam lamunanku. Tolong jangan hadirkan dia dalam harapan yang tak lagi disentuh itu. Aku gak akan kuat, jika kisah ini usai begitu saja. Setelah cinta aku tancapkan sedalam-dalamnya, ia tega mencabut paksa. Sungguh, aku begitu sakit. Patah hati terhebatku yang ke dua kali setelah kehilangan ayah, kini aku harus kehilangan dia yang aku mimpikan. Tuhan, jika dia baik-baik saja tanpaku. Tolong bantu aku untuk bisa melupakannya, tolong bantu aku untuk tidak lagi berharap pada dia yang mengecawakan harapanku. Sungguh, begitu sakit hati ini, perih, dan aku sempat tak percaya kalau ini semua harus terjadi padaku.

                Kamu. Ia, kamu yang jauh di sana. Terima kasih ya, kamu pernah mencintaiku sedalam itu, pernah memperjuangkanku selama itu, pernah sabar dengan sikapku sejauh itu, pernah membicarakan masa depan kita yang tak bosan kita bicarakan. Terima kasih ya, untuk bahagia yang pernah kamu berikan kepadaku. Maaf, jika air mataku menangisi kepergianmu. Maaf, jika tangisku kehilangan kendali. Maaf ya, aku sulit untuk melepaskan kenangan tentang kita. Karena aku tak semudah kamu untuk melupakan. Kamu benar, aku adalah wanita yang bodoh, bodoh telah mencintaimu sedalam ini. Bodoh kalau kamu ternyata benar-benar pergi dan ingin melupakan semua tentang kita.

                    Aku bukan siapa-siapa lagi untukmu. Aku hanya orang asing yan kau kenal dulu. Aku tak ada hak lagi untuk rindu padamu, karena rindu yang kupunya tak pernah juga kau sapa. Kini, aku bukanlah ingin dan milikmu lagi. Kamu tega melepaskan aku yang tlah jatuh dalam cinta yang sulit aku kendalikan. Aku terlalu percaya, sampai-sampai tak pernah berpikir bahwa ternyata kita hanya sebatas pernah. Pernah bahagia dan pernah untuk saling memiliki. Terima kasih ya, untuk kisah yang akhirnya begini. Kamu yang baik di sana, ya. Jika ada yang berhasil menggantikan posisiku di hatimu, tolong, pertahankan dia. Dia tak boleh lagi kamu lepaskan. Mungkin aku adalah orang yang salah untuk kamu cintai. Sekarang, bahagialah! aku baik-baik saja tanpamu di sini. Aku janji kok, aku akan menjadi wanita yang kuat dan mandiri. Kamu tak usah cemas ya. Waktuku tak akan lagi memikirkan tentangmu. Aku akan berusaha untuk tidak mengingatmu lagi. Bukan tak lagi cinta. Tapi untuk apa, coba. Bertahan pada luka yang jelas-jelas kamu yang lakukan. Cinta yang tak ingin kamu miliki seutuhnya. Setidaknya, terima kasih ya, untuk patah hati terhebat ini. 

                         Ingat ya, setelah lepas denganku, tolong jangan lukai hatinya. Dia mungkin yang lebih baik daripada aku untuk menemani masa depanmu. Jaga dia dengan cara menghalalkannya. Karena wanita iu gak cukup untuk dimiliki saja tetapi ingin dihalakan sebagai bukti dari cinta yang benar-benar nyata. Tenang saja ya, aku baik-baik saja. Hatiku takkan memberontak, aku yang mengendalikannya. Kamu fokuslah pada dia dan masa depanmu. Aku di sini juga begitu, fokus pada mimpi yang belum selesai. Akhirnya aku selesai juga mencintaimu, selesai untuk berharap padamu. Kini, aku berikan laporannya pada Rabbku. Keputusannya, Allah lah yang memutuskan. Akankan aku bersamamu atau Allah telah mempersiapkan seseorang yang baik dan tidak akan meninggalkanku dengan air mata. 


Part 1

    

                  

Selasa, 25 Mei 2021

NASKAH DRAMA KOTA GADGET

 

Pengertian Drama Menurut Para Ahli

  • Moulton, Drama adalah kisah hidup digambarkan dalam bentuk gerak (disajikan langsung dalam tindakan).
  • Balthazar Vallhagen, Drama adalah seni yang menggambarkan alam dan sifat manusia dalam gerakan.
  • Ferdinand Brunetierre, Menurut drama harus melahirkan keinginan oleh aksi atau gerakan.
  • Budianta dkk (2002), Drama adalah genre sastra yang menunjukkan penampilan fisik secara lisan setiap percakapan atau dialog antara pemimpin di sana.
  • Tim Matrix Media Literata, Drama adalah bentuk narasi yang menggambarkan kehidupan dan alam manusia melalui perilaku (akting) yang dipentaskan.
  • Seni Handayani, Drama adalah bentuk komposisi berdasarkan dua cabang seni, seni sastra dan seni pertunjukan sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.
  • Wildan, Drama adalah komposisi berdasarkan beberapa cabang seni, sehingga drama dibagi menjadi dua, yaitu drama dalam bentuk teks tertulis dan drama dipentaskan.
  • Anne Civardi, Drama adalah sebuah kisah yang diceritakan melalui kata-kata dan gerakan.
  • Menurut KBBI : drama memiliki beberapa pengertian. Pertama, drama diartikan sebagai komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Ketiga, kejadian yan menyedihkan.

 

Contoh Naskah Drama

Kota Gadget

Oleh: Mona  Ms.

            Wajah mentari sudah terang saja sementara tidak ada tanda-tanda gadis dan ibunya melewati jalan yang sama setiap paginya. Wajah yang semakin terang dan akhirnya yang ditunggu melewati jalan tersebut.

Aisyah : Ibu, aku mau handpone berkamera, bukan handphone yang jadul seperti ini ( Aisyah mencoba mengatakan apa yang diinginkannya disepanjang jalan dan menunjukkan handphonenya).

Ibu                   : Ibu tak ada duit.

Aisyah             : Beli bahan dapur aja ibu ada duit masak untuk beli handphone, ibu bilang gak ada.”

Ibu                   : (Tiba-tiba menghentikan langkahnya sembari menarik nafas) kamu milih makan atau handpone?

Aisyah             : Dua-duanya. Gak makan nanti mati, gak punya handphone dibilang anak jadul. Gimana jadinya ibuku tersayang.”

Ibu hanya diam dan melanjutkan langkahnya sementara Aisyah masih mencoba merayu ibu untuk menyetujui keinginannya. Merekapun berlalu dan tak lama kemudian mereka pulang melewati jalan yang sama, yang bedanya mereka membawa untuk kepentingan dapur. Ibu memegang keranjang dan Aisyah membawa sayur dan mencoba merayu ibu lagi hingga mereka pun tak tampak lagi.

*Sementara di taman, hampir semua orang memainkan gadgetnya, ada yang berfoto ria dan ada yang senyum-senyum sendiri melihat gadgetnya bahkan berjalan sembari melihat gadget. Aisyah yang mengomel-ngomel berhenti melihat mereka dan gadget seakan mengobrol pada mata individu.

Aisyah             : Alamak, di mana-mana aku lihat hape. Hape dan hape. Apa sih yang mereka liat. Wah, kutengoklah kenapa mereka senang dengan gadget mereka.

Aisyah segera memilih posisi yang anteng yaitu duduk di dekat orang yang senyum-senyum dengan gadgetnya. Aisyah kepo dengan gadget yang dilihatnya.

Aisyah             : Apa sih yang mbak lihat? Boleh donk saya lihat?

Perempuan 1   :  (Berhenti melihat gadget dan menatap Aisyah) Apa kamu gak punya hape. Please don’t disturb me!

Aisyah             : Please don’t disturb me. Eleh, sok kali Anda pake bahasa Jepang.”

Perempuan 1   : Hello, dasar katrok. Minggir sana. Makanya punya hape canggih donk.

Aisyah beranjak dari tempat duduknya melihat orang yang selfi-selfi dengan bahagia.

Aisyah             : Hape bisa juga ya buat mereka tertawa, senyum, marah, cemberut, dan membuat mereka melakukan acting sementara. (Kata Aisyah dan Aisyah pun menghampiri mereka)

Aisyah             : Mbak, boleh ikutan berpose-pose dengan mbak?

Perempuan 2   : Mana hape mbak, biar saya ambilkan.

Aisyah mengambil hapenya dan memberikannya padanya. Melihat hape kadaluwarsa itu, mereka tertawa geli.

Perempuan 3   : Ini zaman edan, mbak. Hape gitu masih zaman?

Aisyah melihat hapenya dan berjalan meninggalkan mereka dengan rasa sedih dan pulang untuk menemui ayah ibunya.

Aisyah             : ( menghampiri ayah dan ibu yang duduk di lantai) Ibu, masak mbak-mbak di taman menertawakanku. Ia bilang, masak hape gitu? Ayah ibu, belilah hape baru, hape yang canggih. Hape ini gak zaman lagi.

Ayah               : Apalah lagi yang kau minta. Syukur kau punya hape. Kami aja yang udah tua belum punya hape. Untuk sms dan menelepon aja dah bisa itu.

Ibu                   : Ya, benar kata ayahmu. Untuk apa hape canggih-canggih kalau fokusnya hanya di layar gadgetnya bukan mencari informasi.

Aisyah             : Ibu tahu ini tahun berapa?

Ibu                   : Tahun 2016. Emang kenapa?

Aisyah             : Ibu tahu apa teguran yang popular di tv?

Ayah               : Hape masak gitu.

Aisyah             : Nah, kan tahu. Belilah hape baru. Aisyah gak bakalan seperti mereka yang ke mana-mana megang hape.

Ayah               : Aisyah tahu ini kota apa?

Aisyah             : Kota Medan. Kota yang apabila dipijak kakinya dan kita minta maaf, dia bilang, masih pake ini kaki Bung.”

Ayah               : Bukan. Kota yang kita tempati ini adalah kota gadget. Kota yang ke mana pun kita melangkah pasti ada gadget. Kota yang rusuh saja masih bersama gadget. Upload dan download, itu aja yang dikerjakan. Kota ini membuat kita gak kreatif.

Aisyah             : Ayah tersayang, informasi itu bukan dari koran atau buku aja tapi dari situs web kita juga bisa mencari atau mendapatkan informasi. Mungkin itulah yang menjadi buku mereka untuk mencatat apa yang mereka inginkan.

Ayah               : Anakku sayang, jangan nakal ya. Turuti apa kata ayah dan ibu. Jangan sampai ayah kutuk kau menjadi hape.

Aisyah             : Ha…ha… ayah lucu juga ya. Ayah, please untuk anak tersayangmu ini. Belikan ya.”

            Ayah, ibu, dan Aisyah saling berdebat dan sama saja ayah dan ibu tidak mau membelikan Aisyah gadget. Keesokan harinya, ayah mengajak Aisyah ke taman. Dan sama saja, di taman mereka sibuk dengan obrolan gadget mereka. Aisyah heran, kenapa ayahnya mengajaknya ke taman.

            Aisyah             : Ayah, kita itu gak beli bunga. Kita kan beli hape.

            Ayah               : Coba kamu perhatikan mereka yang bermain dengan gadget. Perhatikan, apa mereka tetap saja dengan gadget mereka saat matahari terbenam.

            Aisyah             : Ngantuklah ayah. Nanti baper anakmu, yah. Ayah, belikan hape ya. Aisyah mohon.

            Perempuan 4   : (Menghampiri aisyah yang duduk di bangu taman) Mbak, boleh fotokan kami berdua?

            Aisyah memfotokan mereka dan hasilnya sangat baik, Melihat hasilnya baik, mereka meminta Aisyah untuk memfoto lagi mereka.

            Ayah               : Apa masih ingin hape lagi?

            Aisyah             : Ia ayah sangat ingin, biarpun kota ini dihuni dengan gadget tapi kan dirilah yang mampu mengontrolnya ataupun memanfaatkan alat elektronik itu.

            Ayah               : (mengeluarkan hapenya dari kantong) Ayah pun memberikan gadget itu pada Aisyah. Aisyah langsung mengotak-atik kota yang ada di hape tersebut dan ia juga memfotokan Ayah yang sedang duduk di taman. Lalu tamannya bahkan berpose ria bersama-sama.

            Ayah               : Ayah percaya, kamu tidak akan candu dengan kota yang ada di gadget itu. Ingat Aisyah, kota itu tidak nyata, kota itu hanya tempat untuk bersenang-senang ataupun tempat untuk mendapatkan atau mencari informasi. Informasi yang berada di kota web. Web itu punya alamatnya. Alamat mana yang kau akan singgahi. Tapi ingat, jangan alamat Ayu Ting-ting ya. Alamat palsu.

            Aisyah             : Ia ayah. Aisyah akan memanfaatkannya dengan baik.

            Mereka pun pulang dari taman dan Aisyah kini telah mempunyai kota gadget, tinggal dialah yang mengontrol dirinya. Memasuki kota tersebut tanpa pulang atau sekadar singgah sebentar saja. ***

    

SELAMAT MEMBACA :):)

 

Rabu, 07 April 2021

TERSISA HANYA KENANGAN

 Tersisa Hanya Kenangan



             Ada yang tidak bisa aku katakan perkara waktu. Sesekali waktu bisa seperti hewan buas yang siap memakan lahap kesendirian. Aku dan kamu yang pernah menjadi kita dengan obrolan bahagia penuh hangat. Kamu sungguh tega melepaskan rasa dengan paksa. Pernahkah kamu berpikir bahwa hati bukan aku saja yang punya, kamu juga. Bagaimana jika kamu menjadi seperti aku? Ada seseorag yang tega dengan paksa membunuh hatimu. Mungkin kamu akan tau rasanya setelah merasakannya.

            Kita yang kini tinggal kisah, semua kenangan terindah masih terasa di hati. Kebiasaan-kebiasaan yang kita lalui bersama begitu sukar dilupakan. Semakin aku lupakan, semakin terasa kehilangan itu. Untuk mengabarimu lewat wa, tak ada keberanian untuk memulai. Aku takut kalau kamu berpikir bahwa aku tak bisa move on darimu. Memang benar, tapi aku tak ingin kamu besar kepala dan mengganggap kalau aku tak bisa bahagia tanpamu.

            Sial. Kamu benar-benar mengganggu hari-hariku. Ingin sekali aku paketkan ke kamu, tapi kendaraan yang bersedia mengantarkannya tidak ada. Aku bisa apa sekarang? Aku pun membiarkan kenangan itu mengelilingi kepalaku dan masuk ke hatiku saat sendiri ingin aku temani. Sudahlah, hariku begitu kacau.

        Sebulan kemudian, aku sedikit pulih dari kenangan itu. Namun, pertemuan kita di caffe coffi membuat aku terkejut. Kamu begitu cepat menggantikan posisiku di hatimu dengan dia. Sedangkan aku begitu keras untuk melupakanmu. Kamu menyapaku dan mengenalkanku dengannya. Tampaknya wajahmu begitu bahagia memilikinya. Sama seperti aku dan kamu menjadi kita. Aku membalas sapaanmu dengan keadaan baik-baik saja. Mencoba tak cemburu atau marah padamu. Anehnya, kamu malah mengajakku untuk minum kopi bersama. Aku menolak, namun kekasih barumu mengambil tanganku dan memintaku untuk minum bersama. Sepertinya dia belum tahu kalau aku adalah perasaan yang kamu lepaskan atau ini adalah taktik untuk membuatku tambah perih.

    Perbincangan kita semakin hangat. Kamu tak berubah, hanya saja hatimu yang bukan menjadi milikku lagi. Di pertengahan perbicangan, kamu malah mempertanyakan tentang siapa yang ada di hatiku. Aku panik dan ingin segera menemukan jawaban atas pertanyaan yang sulit itu. Sementara dia hanya menunggu jawaban dariku sembari tersenyum. Dengan tenang aku jawab, "Dulu aku sama seperti kalian, bahagia bersama dan saling berjanji untuk setia. Namun, semua tak sesuai dengan lisan yang diucapkannya. Aku yang berpegang teguh namun dia yang meruntuhkan. Sekarang aku sedang memastikan seseorang untuk benar-benar memegang janjinya. Dan tidak terburu-buru untuk jatuh cinta untuk hal yang tak pasti." 

        Wanitamu begitu tersanjung dan sedikit melirik kepadamu. Sedangkan kamu sedikit bersalah dengan sikapmu. Aku tak ingin menyebutkan namamu di depannya karena aku tak ingin menjadi sama sepertimu. Aku berharap, kamu akan setia dan menjadikannya satu-satunya prioritasmu. Sementara waktu hampir magrib, aku pamit terlebih dahulu kepadamu dan dia. Sialnya, hujan menghentikan langkahku. Aku harus menunggu hujan sedikit reda. Tiba-tiba, ada seseorang yang mengulurkan payung kepadaku. Aku melihatnya, ternyata dia adalah Fans. Seseorang yang pergi ke Singapura untuk menempuh pendidikan. Aku saja yang tak siap melepaskannya pergi, hingga aku menyudahi perasaan untuk bersama.

        "Kamu? kapan kamu pulang?" tanyaku heran. Karena lebih dari tiga tahun, aku dan dia tidak saling memberi kabar. Hari ini aku benar-benar dibuatnya terkejut. Tapi aku menjauh karena aku tak ingin menyakiti hati yang sedang ia jaga.

            "Apakah setelah kita bertemu, kamu akan menjauhiku lagi?"

      "Aku senang mendengarnya namun aku tak sampai hati jika ada hati yang tersakiti oleh kehadiranku."  

            "Sayangnya belum ada yang berhasil menggantikan posisimu di hatiku."

               Aku langsung melihatnya dan tersenyum hangat kepadanya. Aku tak menyangka kalau dia bisa menjaga tempatku di hatinya, meskipun aku pernah memintanya untuk meninggalkanku.



Penulis: Mona Ms.