Rabu, 07 April 2021

TERSISA HANYA KENANGAN

 Tersisa Hanya Kenangan



             Ada yang tidak bisa aku katakan perkara waktu. Sesekali waktu bisa seperti hewan buas yang siap memakan lahap kesendirian. Aku dan kamu yang pernah menjadi kita dengan obrolan bahagia penuh hangat. Kamu sungguh tega melepaskan rasa dengan paksa. Pernahkah kamu berpikir bahwa hati bukan aku saja yang punya, kamu juga. Bagaimana jika kamu menjadi seperti aku? Ada seseorag yang tega dengan paksa membunuh hatimu. Mungkin kamu akan tau rasanya setelah merasakannya.

            Kita yang kini tinggal kisah, semua kenangan terindah masih terasa di hati. Kebiasaan-kebiasaan yang kita lalui bersama begitu sukar dilupakan. Semakin aku lupakan, semakin terasa kehilangan itu. Untuk mengabarimu lewat wa, tak ada keberanian untuk memulai. Aku takut kalau kamu berpikir bahwa aku tak bisa move on darimu. Memang benar, tapi aku tak ingin kamu besar kepala dan mengganggap kalau aku tak bisa bahagia tanpamu.

            Sial. Kamu benar-benar mengganggu hari-hariku. Ingin sekali aku paketkan ke kamu, tapi kendaraan yang bersedia mengantarkannya tidak ada. Aku bisa apa sekarang? Aku pun membiarkan kenangan itu mengelilingi kepalaku dan masuk ke hatiku saat sendiri ingin aku temani. Sudahlah, hariku begitu kacau.

        Sebulan kemudian, aku sedikit pulih dari kenangan itu. Namun, pertemuan kita di caffe coffi membuat aku terkejut. Kamu begitu cepat menggantikan posisiku di hatimu dengan dia. Sedangkan aku begitu keras untuk melupakanmu. Kamu menyapaku dan mengenalkanku dengannya. Tampaknya wajahmu begitu bahagia memilikinya. Sama seperti aku dan kamu menjadi kita. Aku membalas sapaanmu dengan keadaan baik-baik saja. Mencoba tak cemburu atau marah padamu. Anehnya, kamu malah mengajakku untuk minum kopi bersama. Aku menolak, namun kekasih barumu mengambil tanganku dan memintaku untuk minum bersama. Sepertinya dia belum tahu kalau aku adalah perasaan yang kamu lepaskan atau ini adalah taktik untuk membuatku tambah perih.

    Perbincangan kita semakin hangat. Kamu tak berubah, hanya saja hatimu yang bukan menjadi milikku lagi. Di pertengahan perbicangan, kamu malah mempertanyakan tentang siapa yang ada di hatiku. Aku panik dan ingin segera menemukan jawaban atas pertanyaan yang sulit itu. Sementara dia hanya menunggu jawaban dariku sembari tersenyum. Dengan tenang aku jawab, "Dulu aku sama seperti kalian, bahagia bersama dan saling berjanji untuk setia. Namun, semua tak sesuai dengan lisan yang diucapkannya. Aku yang berpegang teguh namun dia yang meruntuhkan. Sekarang aku sedang memastikan seseorang untuk benar-benar memegang janjinya. Dan tidak terburu-buru untuk jatuh cinta untuk hal yang tak pasti." 

        Wanitamu begitu tersanjung dan sedikit melirik kepadamu. Sedangkan kamu sedikit bersalah dengan sikapmu. Aku tak ingin menyebutkan namamu di depannya karena aku tak ingin menjadi sama sepertimu. Aku berharap, kamu akan setia dan menjadikannya satu-satunya prioritasmu. Sementara waktu hampir magrib, aku pamit terlebih dahulu kepadamu dan dia. Sialnya, hujan menghentikan langkahku. Aku harus menunggu hujan sedikit reda. Tiba-tiba, ada seseorang yang mengulurkan payung kepadaku. Aku melihatnya, ternyata dia adalah Fans. Seseorang yang pergi ke Singapura untuk menempuh pendidikan. Aku saja yang tak siap melepaskannya pergi, hingga aku menyudahi perasaan untuk bersama.

        "Kamu? kapan kamu pulang?" tanyaku heran. Karena lebih dari tiga tahun, aku dan dia tidak saling memberi kabar. Hari ini aku benar-benar dibuatnya terkejut. Tapi aku menjauh karena aku tak ingin menyakiti hati yang sedang ia jaga.

            "Apakah setelah kita bertemu, kamu akan menjauhiku lagi?"

      "Aku senang mendengarnya namun aku tak sampai hati jika ada hati yang tersakiti oleh kehadiranku."  

            "Sayangnya belum ada yang berhasil menggantikan posisimu di hatiku."

               Aku langsung melihatnya dan tersenyum hangat kepadanya. Aku tak menyangka kalau dia bisa menjaga tempatku di hatinya, meskipun aku pernah memintanya untuk meninggalkanku.



Penulis: Mona Ms. 






Tidak ada komentar: