Kamis, 27 April 2017

Lupa dan Mengenang




 Hasil gambar untuk gambar kepergian


Setiap kali kuselipkan namamu di hati, setiap hari rasanya rindu menghantam dada. Berhenti namun tak pernah berhenti. Mungkin kau bosan dengan diksi yang menari pada tiap kata-kata berdarah ini. Atau kau memang tidak ingin diksi selalu menulis tentang fiksimu. Sudahkah kau ingat? saat senyum bertabur dibibir kita, saat rasa pernah tercipta di dada kita atau kau berpura-pura untuk membuatku hancur perihal rasa. 

Kepada puisi kupernah mengadu dan kepada prosa kutulis fiksimu. Namun tiada sadar bahwa berkali-kali aku untuk menghentikanmu berkali-kali juga tanpa sadar kau tertulis. Kau hebat. Rasaku terpaku untukmu namun begitu lihainya kau berpura-pura untuk rasa yang parah ini. 

Menangis. Untuk apa? Apa kau akan kembali? tidak. Kau benar-benar pergi untuk selama-lamanya. Mungkin akulah yang terlalu terjerumus akan rasa yang memang tak tertuju menjadi kita. Setidaknya biarkan kita saling mengabari namun kau memilih mengabaikan saat kata-kataku duluan menyapa. 

Kau tetap abadi dan selamanya menjadi seseorang yang pertama sampai takdir menghampuskan namamu seutuhnya bukan sebagian. Nikmati kebebasanmu, memilih hati yang mungkin tak sehebat rasa yang bertahan ini. Kau mengejar dia dan mengabaikan aku yang dulunya kau kejar dan sekarang kau biarkan waktu menghapus rasamu, Dia tak sehebat rasaku namun kau tetap memilihnya.

Benar. Rasa tak pernah salah. Rasa bebas merasakan dan menikmati hati sampai hati benar-benar nyaman. Tapi, kau harus tahu bahwa tiada hati yang ingin jadi korban sebuah rasa. Mungkin kau sadar bahwa wanita susah melupakan namun saat ia benar-benar tersakiti, kau akan tahu seberapa besar ia melupakanmu dan mengabaikan segala harap yang pernah terlukis untukmu.

Ini tentangmu tentang rasa yang begitu bodohnya kuserahkan untukmu. Kau memang lupa dan aku ingat masa saat rasa itu ada. Aku menjaga namun kau tidak. Bersamanya adalah pilihanmu maka kembalilah sebentar hanya untuk mengembalikan rasa yang hadir dan mencampakkan rindu yang hadir untukmu. Mungkin saja aku bisa lupa sepertimu saat seseorang bersedia menjaga hatiku. Saat aku dan dia saling menyimpan rasa yang sama. Saat kau tak pernah menoleh sedikitpun berarti kau memang ingin segera melepas peristiwa yang pernah kita alami bersama. Kau memilih pergi dan aku memilih membunuh rasa setiap waktu karena mengingatmu adalah menyakitkan.

Selasa, 04 April 2017

Hanya Sekadar

        

Hasil gambar untuk penantian


              Sekadar untuk mengenang, katamu. Lantas setega itu kau hancurkan hatiku demi keinginan hatimu. Apakah tak kau sadari? kalau hati bukan milikmu saja, hati punya pribadi. Bisa jadi kau bahagia namun aku terlukai. Berapa lembar kuketik surat izin untuk memilikimu? Menyogok takdir untuk mencatat namamu untukku. Tapi aku tak bisa, takdir begitu ahli dalam mengatur naskah yang diberikan Allah. Sementara aku hanya mengutip usaha-usaha untuk mencoba memilikimu. Jika kau bukan usaha yang kukutip yang menjadi sesuatu yang bahagia berarti kau memang bukan tercipta untukku. Lantas, sampai kapan suasana hati tak beraturan begini? saat kau menikah? Dan dengan sendirinya aku sadar kalau kau milik orang lain.

         Begitu keluh lidah ini menyebut namamu namun begitu lancar lidah hati membicarakanmu. Kau membuatku seperti ini, takut seribu alasan jika bertemu denganmu namun tidak pernah terjadi. Tentangmu selalu kuselimuti dan kuhiasi hingga sudut malam mencabik-cabik ketenanganku. Kau kutulis dan kau terasa nyata dalam hati hingga wajahmu sulit terlupakan bahkan namamu selalu aktif dalam ingatan. Kumohon hadirlah sejenak untuk menuruni kadar rindu ini.

             Aku akan berbicara tentang cinta. Rasa yang membekas di dada karenamu. Semenit saja lepas kepergianmu di kota ini. Jika kau ingin berlabuh ke negeri asing, silakan! Namun hidangkan aku terlebih dahulu sebuah kepastian. Hingga aku benar-benar menghanyutkan namamu.

             Namun semua hanya sia-sia. Kau tak pernah merasakan hati ini yang selalu mengharapkanmu. Kau telah kupilih namun kau pergi untuk selamanya. Jika aku jatuh cinta maka aku akan sulit melupakan. Untuk itu tetaplah bersamaku agar rasa ini tak mendustaimu. Hanya saja aku keliru mengenalmu. Waktu dan jarak benar-benar tlah membuatmu melupakanku. Kau memilih kekasih baru dan mengabaikan hati yang masih mengagungkanmu. Sakit dan sangat sakit tapi untuk apa? Jika sakit tertawa untuk kelemahanku.

             Kamu adalah pilihanku namun kau juga kesalahanku. Berbahagialah kamu dengannya sebab betapa beruntungnya dia memilikimu. Biarkan aku disini belajar melupakanmu. Waktu adalah obat yang paling ampuh untuk melupakanmu. Kini, tidak pantas lagi aku menunggu sebab tlah kuketahui kalau kepergianmu ke negeri asing hanya untuk menemukan yang terbaik dan itu bukan aku.

           Di sudut malam kuatur lagi hatiku, kusembuhkan lewat secarik kertas hingga esok hari kubaca kalau kau hanya imajinasi yang tak pernah lahir ke dunia.