Setiap kali kuselipkan namamu di hati, setiap hari rasanya rindu menghantam dada. Berhenti namun tak pernah berhenti. Mungkin kau bosan dengan diksi yang menari pada tiap kata-kata berdarah ini. Atau kau memang tidak ingin diksi selalu menulis tentang fiksimu. Sudahkah kau ingat? saat senyum bertabur dibibir kita, saat rasa pernah tercipta di dada kita atau kau berpura-pura untuk membuatku hancur perihal rasa.
Kepada puisi kupernah mengadu dan kepada prosa kutulis fiksimu. Namun tiada sadar bahwa berkali-kali aku untuk menghentikanmu berkali-kali juga tanpa sadar kau tertulis. Kau hebat. Rasaku terpaku untukmu namun begitu lihainya kau berpura-pura untuk rasa yang parah ini.
Menangis. Untuk apa? Apa kau akan kembali? tidak. Kau benar-benar pergi untuk selama-lamanya. Mungkin akulah yang terlalu terjerumus akan rasa yang memang tak tertuju menjadi kita. Setidaknya biarkan kita saling mengabari namun kau memilih mengabaikan saat kata-kataku duluan menyapa.
Kau tetap abadi dan selamanya menjadi seseorang yang pertama sampai takdir menghampuskan namamu seutuhnya bukan sebagian. Nikmati kebebasanmu, memilih hati yang mungkin tak sehebat rasa yang bertahan ini. Kau mengejar dia dan mengabaikan aku yang dulunya kau kejar dan sekarang kau biarkan waktu menghapus rasamu, Dia tak sehebat rasaku namun kau tetap memilihnya.
Benar. Rasa tak pernah salah. Rasa bebas merasakan dan menikmati hati sampai hati benar-benar nyaman. Tapi, kau harus tahu bahwa tiada hati yang ingin jadi korban sebuah rasa. Mungkin kau sadar bahwa wanita susah melupakan namun saat ia benar-benar tersakiti, kau akan tahu seberapa besar ia melupakanmu dan mengabaikan segala harap yang pernah terlukis untukmu.
Ini tentangmu tentang rasa yang begitu bodohnya kuserahkan untukmu. Kau memang lupa dan aku ingat masa saat rasa itu ada. Aku menjaga namun kau tidak. Bersamanya adalah pilihanmu maka kembalilah sebentar hanya untuk mengembalikan rasa yang hadir dan mencampakkan rindu yang hadir untukmu. Mungkin saja aku bisa lupa sepertimu saat seseorang bersedia menjaga hatiku. Saat aku dan dia saling menyimpan rasa yang sama. Saat kau tak pernah menoleh sedikitpun berarti kau memang ingin segera melepas peristiwa yang pernah kita alami bersama. Kau memilih pergi dan aku memilih membunuh rasa setiap waktu karena mengingatmu adalah menyakitkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar