Hai apa kabar diri? apakah kamu masih merasa takut dengan dunia? Apakah kamu merasa tidak berarti ketika kehilangan seseorang? Atau kamu merasa tak berguna dilingkunganmu?
Hmmm.... benar kata dia, seseorang yang mendekati aku karena penasaran saja. Semua perlahan-lahan pergi ketika sudah melihat siapa aku. Gak ada yang berani memperjuangkan aku. Setidaknya mereka mencari tau, kenapa aku seperti ini. Sekarang aku sudah dekat dengan seseorang. Seseorang yang awalnya tidak aku cintai, kini malah merasa takut untuk kehilangan. Ya, aku tidak suka dengan kehilangan. Tapi, gak tau dengan dia. Apakah dia suka dengan kehilangan atau tidak. Atau malah dia yang mencoba pergi dariku.
Tidak tau, kenapa setiap kali dijeriti rasa takut, air mata ini keluar perlahan-lahan. Kadang gak bisa berhenti. Padahal dulu aku pernah mengatakan pada hati kalau tidak perlu mencintai secara berlebihan. Tidak perlu berharap pada seseorang yang belum menjadi milikmu seutuhnya. Semua akan berubah sesuai dengan massanya. Terkadang aku pernah berpikir dan merenung, " Kok enaknya jadi dia?" "kok kisah cintanya romantis?" "Kok dia dijadikan ratu oleh pasangannya?" Namun pertanyaan itu gak bakalan ada jawaban. Mereka ya mereka dan aku ya aku. Diri ini gak butuh mereka yang mungkin kisah hidupnya sempurna.
Menjeriiiiiiiitttt tiap malam di kamar kesayangan di bawah bantal dan menangis sejadi-jadinya pada diri yang payah ini. Sungguh payah. Memang payah. Cerita yang rumit dan cerita yang tak ada habisnya. Mendengar cerita mereka memang begitu mengasyikkan. Itulah sebabnya, aku lebih senang mendengarkan daripada berbicara. Tapi saat aku banyak bicara, disitulah aku ngerasa kalau lawan bicaraku adalah pilihan hatiku.
Sungguh, aku takut. AKU TAKUT DENGAN KEHILANGAN. Takut sendiri lagi. Takut tidak ada yang mau mendengar cerita-ceritaku. Dan kembali lagi pada masa, saat aku lebih memilih tulisan dan air mata sebagai sahabat terbaik. Aku juga gak egois, semua orang punya masalahnya masing-masing. Semua orang pernah terpuruk dengan ceritanya. tapi aku benar-benar gak tau harus ngapain lagi. Disaat aku ngearas sudah ada yang menemani. Sepertinya dia lebih memilih tiada di muka bumi. Saat aku tidak mau mendengarkan kata KEMATIAN. Dia lebih suka mengatakan itu disaat lagi RIBUT. Hahahhaa..... bodoh diri ini. Bisa-bisanya menangisi seseorang yang masalahnya tercipta karena aku.
"Ayah, maaf jika putrimu cengeng, Maaf jika putrimu gak tau harus berbuat apa lagi. Ayah, jika suatu saat nanti putrimu belum mengajak seseorang berkunjung ke rumah barumu. Bersabar sedikir ya, Ayah. Karena putrimu ini sedang bertarung pada rasa takut yang terus menjadi-jadi."
Tapi gak papa kok ayah, putrimu ini sudah bisa berdamai pada keadaan. Putrimu ini kuat, putrimu ini harus bisa menjadi wanita yang hebat. Wanita yang mandiri. Wanita yang hanya dimiliki oleh laki-laki yang berjuang sampai menuju halal dan menjaga cinta sayangnya seumur hidup. Gakpapa, jika air mata ini terus mengalir. Gakpapa, jika bahagiaku dan hidupku dari tulisan ini. Karena sejatinya, aku sudah terbiasa hidup dalam tulisanku. Hidup dalam kesendirian dan hidup dikelilingi rasa takut yang berlebihan. Lain kali, kalau aku jatuh cinta, aku gak bakalan sebodoh ini. Aku gak bakalan menerima rasa takut sebagai bentuk ancaman. Karena aku punya ALLAH, aku menyerahkan semuanya pada ALLAH. Kalaupun dia bukan jodohku, aku harap ALLAH tetap menjodohkanku dengannya. Kalaupun tidak, biarkan aku mendengar kabar bahwa dia sudah bersama yang lain. Hingga aku tenang dan yakin bahwa hatinya bukan tertuju untukku lagi.
Mungkin aku adalah wanita yang tidak sempurna. Wanita yang terlalu berharap dan menuntut banyak hal. Sekarang tidak ada yang bisa aku katakan selain menunggu keputusan. Kemarahannya ternyata lebih besar dari rasa sayang dan cintanya. Menolak sesuatu yang buruk bisa membuatnya tahan untuk tidak mendengar suaraku. Bagaimana kalau aku terus menentang? Air mata ini ternyata mengalir lagi. Hati ini lagi-lagi payah. Dia bilang, chattingan sama aku buat dia marah. Mungkin mood nya lagi gak baik. Hahahahaha..... Kebiasaan ini harus terjadi lagi. Hal sepele malah jadi runyem seperti ini. Wahai hati, tetap tenang ya. Gak usah mikirin hal yang buatmu menangis sejadi-jadinya. Kalaupun dia adalah jodohmu. Dia akan kembali. Kalaupun tidak, jangan salahkan dia. Karena dia berhak memilih, ditinggalkan atau dinikahi.
Hari ini aku butuh teman untuk bicara. Tapi temanku gak ada. Jadi, biarlah caraku saja untuk menenangkan kesedihan di hati ini. Yang pasti, aku ingin terlihat baik2 saja di keramaian. Percuma jika aku chat karena dia pernah bilang, kalau chattingan aja buat dia marah dan kecewa. Gak tau harus gimana. Haruskah kebiasaan kuganti lagi? Mengubah versinya aku menjadi versi orang lain. Tidak kutunjukkan sebenarnya aku dan memilih untuk bahagia sendiri sampai benar ada yang mencintaiku tanpa syarat dan tetap mencintaiku sampai kapanpun.