Senin, 07 Agustus 2023

Hening dalam Diam

   Hai apa kabar diri? apakah kamu masih merasa takut dengan dunia? Apakah kamu merasa tidak berarti ketika kehilangan seseorang? Atau kamu merasa tak berguna dilingkunganmu? 

    Hmmm.... benar kata dia, seseorang yang mendekati aku karena penasaran saja. Semua perlahan-lahan pergi ketika sudah melihat siapa aku. Gak ada yang berani memperjuangkan aku. Setidaknya mereka mencari tau, kenapa aku seperti ini. Sekarang aku sudah dekat dengan seseorang. Seseorang yang awalnya tidak aku cintai, kini malah merasa takut untuk kehilangan. Ya, aku tidak suka dengan kehilangan. Tapi, gak tau dengan dia. Apakah dia suka dengan kehilangan atau tidak. Atau malah dia yang mencoba pergi dariku. 

    Tidak tau, kenapa setiap kali dijeriti rasa takut, air mata ini keluar perlahan-lahan. Kadang gak bisa berhenti. Padahal dulu aku pernah mengatakan pada hati kalau tidak perlu mencintai secara berlebihan. Tidak perlu berharap pada seseorang yang belum menjadi milikmu seutuhnya. Semua akan berubah sesuai dengan massanya. Terkadang aku pernah berpikir dan merenung, " Kok enaknya jadi dia?" "kok kisah cintanya romantis?" "Kok dia dijadikan ratu oleh pasangannya?" Namun pertanyaan itu gak bakalan ada jawaban. Mereka ya mereka dan aku ya aku. Diri ini gak butuh mereka yang mungkin kisah hidupnya sempurna. 

    Menjeriiiiiiiitttt tiap malam di kamar kesayangan di bawah bantal dan menangis sejadi-jadinya pada diri yang payah ini. Sungguh payah. Memang payah. Cerita yang rumit dan cerita yang tak ada habisnya. Mendengar cerita mereka memang begitu mengasyikkan. Itulah sebabnya, aku lebih senang mendengarkan daripada berbicara. Tapi saat aku banyak bicara, disitulah aku ngerasa kalau lawan bicaraku adalah pilihan hatiku. 

    Sungguh, aku takut. AKU TAKUT DENGAN KEHILANGAN. Takut sendiri lagi. Takut tidak ada yang mau mendengar cerita-ceritaku. Dan kembali lagi pada masa, saat aku lebih memilih tulisan dan air mata sebagai sahabat terbaik. Aku juga gak egois, semua orang punya masalahnya masing-masing. Semua orang pernah terpuruk dengan ceritanya. tapi aku benar-benar gak tau harus ngapain lagi. Disaat aku ngearas sudah ada yang menemani. Sepertinya dia lebih memilih tiada di muka bumi. Saat aku tidak mau mendengarkan kata KEMATIAN. Dia lebih suka mengatakan itu disaat lagi RIBUT. Hahahhaa..... bodoh diri ini. Bisa-bisanya menangisi seseorang yang masalahnya tercipta karena aku. 

    "Ayah, maaf jika putrimu cengeng, Maaf jika putrimu gak tau harus berbuat apa lagi. Ayah, jika suatu saat nanti putrimu belum mengajak seseorang berkunjung ke rumah barumu. Bersabar sedikir ya, Ayah. Karena putrimu ini sedang bertarung pada rasa takut yang terus menjadi-jadi." 

    Tapi gak papa kok ayah, putrimu ini sudah bisa berdamai pada keadaan. Putrimu ini kuat, putrimu ini harus bisa menjadi wanita yang hebat. Wanita yang mandiri. Wanita yang hanya dimiliki oleh laki-laki yang berjuang sampai menuju halal dan menjaga cinta sayangnya seumur hidup. Gakpapa, jika air mata ini terus mengalir. Gakpapa, jika bahagiaku dan hidupku dari tulisan ini. Karena sejatinya, aku sudah terbiasa hidup dalam tulisanku. Hidup dalam kesendirian dan hidup dikelilingi rasa takut yang berlebihan. Lain kali, kalau aku jatuh cinta, aku gak bakalan sebodoh ini. Aku gak bakalan menerima rasa takut sebagai bentuk ancaman. Karena aku punya ALLAH, aku menyerahkan semuanya pada ALLAH. Kalaupun dia bukan jodohku, aku harap ALLAH tetap menjodohkanku dengannya. Kalaupun tidak, biarkan aku mendengar kabar bahwa dia sudah bersama yang lain. Hingga aku tenang dan yakin bahwa hatinya bukan tertuju untukku lagi.

     Mungkin aku adalah wanita yang tidak sempurna. Wanita yang terlalu berharap dan menuntut banyak hal. Sekarang tidak ada yang bisa aku katakan selain menunggu keputusan. Kemarahannya ternyata lebih besar dari rasa sayang dan cintanya. Menolak sesuatu yang buruk bisa membuatnya tahan untuk tidak mendengar suaraku. Bagaimana kalau aku terus menentang? Air mata ini ternyata mengalir lagi. Hati ini lagi-lagi payah. Dia bilang, chattingan sama aku buat dia marah. Mungkin mood nya lagi gak baik. Hahahahaha..... Kebiasaan ini harus terjadi lagi. Hal sepele malah jadi runyem seperti ini. Wahai hati, tetap tenang ya. Gak usah mikirin hal yang buatmu menangis sejadi-jadinya. Kalaupun dia adalah jodohmu. Dia akan kembali. Kalaupun tidak, jangan salahkan dia. Karena dia berhak memilih, ditinggalkan atau dinikahi. 

     Hari ini aku butuh teman untuk bicara. Tapi temanku gak ada. Jadi, biarlah caraku saja untuk menenangkan kesedihan di hati ini. Yang pasti, aku ingin terlihat baik2 saja di keramaian. Percuma jika aku chat karena dia pernah bilang, kalau chattingan aja buat dia marah dan kecewa. Gak tau harus gimana. Haruskah kebiasaan kuganti lagi? Mengubah versinya aku menjadi versi orang lain. Tidak kutunjukkan sebenarnya aku dan memilih untuk bahagia sendiri sampai benar ada yang mencintaiku tanpa syarat dan tetap mencintaiku sampai kapanpun. 


Senin, 30 Mei 2022

Aku dan Diriku

         Hei, aku gak tau lagi harus gimana. Semuanya gak sesuai dengan rencana. Ada-ada aja yang gagal begitu saja. Sabar sudah aku rajut dengan seksama, tapi sulit untuk menyusunnya. Apalagi aku anak pertama, yang selalu bermanja dengan kata-kata. Ah, ntahlah, semua begitu cepat terjadi di dunia. Serasa yang digenggam malah terlepas tanpa ampun. Tak dapat lagi berkata-kata hanya bisa mengikhlaskan saja. Menyerah tapi gak boleh. Ntah apa yang dipikirkan oleh diri ini. Berjuang tapi malah suka rebahan tanpa bergerak. Bertengkar pada diri sendiri sering aku lakukan.

            Aku dan beberapa temanku awalnya sangat dekat. Mungkin karena sama-sama berjuang untuk bisa wisuda. Tapi akhirnya semua berpisah perihal sudah menikah. Tak ada lagi suara dalam ponselku dan tidak ada lagi chat yang mewarnai wa ku. Semua sudah sibuk dengann urusan masing-masing. Untuk sekadar ngobrol saja begitu enggan. Aku juga tak menyalahkan takdir yang begitu memaksaku untuk tetap kuat dan bisa melakukan sesuatu seorang diri. Sendiri tanpa ditemani. Bagaimana lagi, semua harus dinikmati tanpa keluh kesah walaupun sebenarnya ingin menyerah akan tetapi semuanya belum selesai. Aku belum mendapatkan apa yang aku mau. 

            Terkadang untuk menguatkan diri saja butuh proses. Tidak smeudah memberi saran kepada orang yang membutuhkan. Diri sendiri sulit dalam memahami. Perlu desakan atau kecaman dari diri untuk bisa melakukan sesuai yang diinginkan hati. Sudah selesai urusan pekerjaan, kini dihujat dengan pertanyaan, "Kapan Nikah?" Ya, semua pasti pernah dihujat bahkan dari situ kita pun punya hajat. Mereka punya mulut tapi tak punya hati. Gini aja, kita dilahirkan ke dunia karena izin Allah. Dan semua yang terjadi di dunia atas diri kita juga atas izin ALLAH. LAntas, kenapa harus bertanya padaku, sementara Allah belum menjawab pertanyaan dariku. Jika kata Allah, jodohku sudah mendekat, aku akan bersiap. Tapi jika kata Allah, jodohku belum mendekat, aku akan terus memperbaiki diri. Karena menunggu yang tak pasti itu menyesakkan tetapi menunggu dengan terus memperbaiki diri akan mengubah kualitas hidup kita.

                Rasanya aku ingin sekali menjerit. Tak terima dengan jalan cerita hidupku. Bisa-bisanya aku dilahirkan di keluarga yang menguji mentalku. Sedikit diasingkan rasanya tak enak. Untuk dipertemukan dengan jodoh secepatnya tanpa menye-menye juga tak ada yang serius. Semua omong kosong, tak ada yang berani mendekat. Hari ini aku benar-benar dilema. Bahkan yang dipikirkan hanya kerja dan uang. Setidaknya bisa mencari uang untuk kehidupan masa depan sebelum jodoh berakad. Aku benci, serius aku benci dengan semuanya. Rasanya sulit sekali untuk bisa fokus pada tujuan. 

                 Bersambung


Rabu, 09 Maret 2022

Terima Kasih Sudah Mau Bertahan

TERIMA KASIH SUDAH MAU BERTAHAN

               Mungkin aku terlalu gak percaya pada diri sendiri. Menganggap semua kisah yang berurai air mata adalah kebencian Semesta terhadapku. Atau mungkin dugaan-dugaan yang hanya buatku semakin terluka dan terpuruk. Ya, tepat sekali. Hari ini aku bergelut lagi dengan air mata. Rasanya capek tapi masih saja air mata menyukai diri ini yang lemah. Padahal besok harus bisa berpura-pura bahagia lagi di depan banyak orang. Bukankah semua harus diperankan dengan baik?

            Matahari mengajarkan bahwa disetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi sayangnya matahari bukan kamu. Mekipun ada pertemuan tapi matahari tetap bisa menemui pagi penuh ceria. Perpisahan hanya sementara bukan selamanya seperti yang kamu inginkan. Ya, begitulah jikalau ada hati yang merasa ditinggali.

            Memang benar, akan banyak hati yang menawarkan diri untuk menetap pada hati yang ia inginkan. Bahkan merayu Sang Pencipta agar kelak disatukan. Untuk hati yang tidak ingin bertahan, terima kasih kalau ternyata adanya aku hanya sebatas pernah dan kisah. Terima kasih pernah berharap walau akhirnya akan lenyap. Terima kasih pernah berjanji walau untuk diingkari. Terima kasih tlah meminta walau harus tiada. Terima kasih tlah berani menggenggam walau akhinya tenggelam. Terima kasih tlah menawarkan harapan walau tak sampai ke masa depan.

            Untuk hati yang tidak ingin bertahan, aku ingin mengucapkan sabda selamat tinggal untuk semuanya. Semoga hari-hari begitu akrab dengan kebahagiaan dan senyum itu selalu mekar disetiap keadaan. Sebab belajar ikhlas bukan perkara cepat atau lama tetapi perkara merelakan tanpa ada keinginan pulang pada bayangan.

 

Kamu yang Bertahan

          Bukankah setiap kisah dilatih, ditegur dan akhirnya dipeluk? Setiap kisah memang berbeda, setiap air mata berbeda pula penyebabnya. Semua adalah cerita yang tak patut untuk menyilakan rasa iri bertamu. Aku yang dibanjiri air mata dan kamu yang selalu sabar dalam pelukanku. Aku yang sering gak percaya diri dan kamu yang selalu menguatkanku. Aku yang masih ditimang-timang rasa ragu dan kamu yang menghentikan raguku dengan setiamu. Aku yang lemah dan kamu yang kuat. Kamu tetap bertahan walau keadaan yang sering tak baikan. Kamu yang masih berpendirian walau jarak diuji dengan kerinduan. Kamu yang yakin walau sebenarnya ada banyak tawaran hati yang tak main-main.

            Aku ingin kamu seperti itu, tetap menjadi seperti lelaki yang pertama kali aku cintai begitu juga seterusnya. Jangan ada yang berubah walau mungkin tak parah. Jangan ada yang ragu walau ada yang sedang menjamu. Jangan ada rasa bosan meski dihadapan sedikit menyenangkan. Jangan ada kata “Tak lagi cinta” karena ada cinta baru yang ingin dicicipi di depan mata. Jangan ada niat untuk pergi walau segaris 1 cm. Jangan ada pisah walau mungkin sedikit lelah. Bisa kan?

 

Terima Kasih Sudah Mau Bertahan

          Ucapan terima kasih mungkin tak cukup untuk memelukmu secara utuh. Tapi ucapan terima kasih adalah bentuk terima kasih dari hati karena kamu sudah mau bertahan. Bertahan dengan aku yang egois, cerewet, curigaan tak jelas, dikelilingi rasa khawatir, sering menyalahkan keadaan, gak romantis, dan mungkin kamu sudah hafal dengan sikapku itu.

            Aku juga gak tau, sampai kapan kamu bisa bertahan. Tapi yang aku harap, kamu jangan pergi setelah memberi rasa nyaman yang lebih di hati. Karena rasa nyaman yang kamu berikan sudah kurawat dengan baik. Tinggal restu dari Sang Pencipta, untuk menyatukan hati kita. Bahkan restu dari keyakinanmu, untuk merasa siap dan yakin dalam menjadikanku sebagai kisah yang menemani masa depanmu.

            Terima kasih sudah mau bertahan walau belum sampai ke pelaminan.

 

Mona Ms. 


Rabu, 02 Maret 2022

Hanya Memeluk Sepi

          Tak dapat yang bisa kukatakan selain pada tulisan yang setia menemani. Sebab tak banyak diantara mereka  yang bosan dengan cerita yang itu-itu saja. Ataupun keluh kesah yang membuatnya menjauh. Aku sendiri, gak tau kepada siapa kuingin bercerita tentang hari-hariku hari ini. Semua yang kukenal, perlahan-lahan pergi. Mungkin tak pamit ataupun sebatas menemui untuk yang terakhir kali. Semua sibuk dengan kisah-kisahnya. Termasuk KAMU. Ya, KAMU. Seseorang yang kunantikan tiap malam dipukul 21.00 WIB. Seseorang yang bertanya, " Bagaimana hari ini? Menyenangkan tidak?" atau "Ada cerita apa hari ini?" Setidaknya itu mengizinkan aku untuk bercerita apa- apa saja yang kualami hari ini. Aku ingin bercerita banyak hal, tapi kamu tidak pernah memberi izin dan waktu akan hal itu. 

               Ya, aku tau kalau kamu sibuk. Dan    setelah bekerja terasa sangat melelahkan. Kamu memilih istirahat karena memang itu yang aku inginkan, yaitu menjaga kesehatanmu di sana. Tapi kamu gak tau, ada rindu yang berujung air mata di sini. Ada harap yang sukar dikendalikan. Tapi kamu gak pernah mengerti. Aku gak tau, kepada siapa aku bercerita, tentang air mata, kepedihan, kekesalan, dan semuanya. Kamu malah mengajarkan aku untuk terbiasa tanpamu. Sungguh, kamu tega. Setelah kamu biarkan aku merasa butuh, kini kamu ajarkan aku untuk memeluk sendiriku lagi. Mungkin aku egois, ya, aku sadar itu. Tapi aku hanya butuh waktumu untuk berbicara tentang hidupku hari ini. Bukan pertanyaan, "Udah makan?". Bukan, aku gak butuh pertanyaan itu. 

           Kini, semuanya sudah sangat berbeda. Kamu mengajarkan aku untuk memeluk sepiku lagi, untuk bercerita kepada diriku sendiri. Untuk menahan segala apa yang terjadi. Kamu tau kalau aku lemah dan tak kuat. Tapi kamu terlalu terobsesi dengan tujuanmu. Meskipun ada sedikit tujuan untuk memilikiku, tapi aku benar-benar gak bisa bertahan pada sendiriku.

          Maaf, aku tlah mengganggu istirahatmu. Untuk kedepannya, aku akan belajar untuk tidak mengganggu istirahatmu. Aku akan terbiasa dengan hal-hal yang baru lagi. Aku juga akan mengurangi kadar berharap untuk bisa bersamamu. Mungkin akan ada air mata yang mengalir mengingat kenangan saat bersamamu. Tapi aku pastikan tak akan berujung lama. Kamu tetap fokus ya, sebab selain aku ada orang-orang yang kamu biayai dan banggakan. Maaf untuk aku yang tak pengertian akan sibukmu. Maaf untuk aku yang egois pada inginku. Dan maaf untuk aku yang sedang belajar untuk tidak mengharapkanmu lagi. 

Mona Ms.

              

Kamis, 24 Februari 2022

Saat Pesan Terakhir Mendarat

Saat Pesan Terakhir Mendarat 




     Lagu karya Lyodra yang berjudul Pesan Terakhir membuat para pecinta musik hanyut dalam perasaan yang mendalam. Apalagi yang mendengarnya adalah para yang tersakiti. Hal itu sudah jelas, bahwa cinta pada akhirnya harus memilih, luka atau suka. Tak dapat dipungkiri juga, bahwa lagu tersebut sangat mewakili perasaan seseorang. Saat sayang harus dibuang demi keselamatan hati sendiri.     Pada kutipan lagu “Tapi di mana nanti kau terluka, cari aku, ku ada untukmu.” Seolah-olah, ada harapan yang diinginkan untuk bisa kembali seperti dulu. Lebih tabah untuk disakiti lagi. Padahal cinta yang disia-siakan seharusnya tak dihiraukan sama sekali. Sebab hakikatnya, cinta adalah rasa menerima sepenuh hati tanpa ada penolakan. Memberikan kasih sayang adalah sebagai wujud dalam membuktikan cinta. Setelah itu, sebagai wujud dari cinta adalah sebuah janji yang disaksikan oleh para saksi dan ditulis di buku nikah. Awalnya di hati kemudian di buku nikah. Sederhana bukan? 
     Setiap lagu punya maksud dan tujuannya. Sebab karya bebas diolah sedemikian rupa oleh penulisnya. Lagu berjudul Pesan Terakhir dibalas dengan lagu Bagaimana Kalau Aku Tidak Baik-Baik Saja membuat perasaan semakin dicampur aduk. Setelah diberikan lagu pesan terakhir, disusul dengan nyanyian bagaimana kalau aku tidak baik-baik saja. Ada pertanyaan yang sangat mendalam ketika hati tidak menjadi pilihan. 
     Semakin hari, selain puisi, musik salah satu penyampaian pesan yang berirama. Selalu diulang dan tak bosan untuk dinyanyikan di manapun. Musik dengan untain kata-kata yang menyentuh menjadi popular dikalangan remaja, dewasa, bahkan anak-anak. Semua untaian perasaan yang tak bisa dilisankan oleh seseorang. Sama halnya dengan puisi, tapi puisi berbeda, puisi yang belum disyairkan menjadi lagu, akan menjadi penikmat sendiri bagi penyuka sastra. Sedangkan musik, semua kalangan pasti menyukainya. 
     Pesan terakhir oleh Lyodra membuat hati begitu berperasa, setiap tulisan yang sederhana dinyanyikan dengan penuh penghayatan. Dan bagi yang sedang mengalami, pasti sangat tersentuh seperti mewakili perasaannya sendiri. Salah satu lirik yang mengatakan, cinta yang tak terbalaskan. Sungguh mengiris hati, jika yang dicintai malah menyukai orang lain bahkan memilih yang lain sebagai tujuan hidup masa depannya. 
     Semua yang dirilis menjadi lagu adalah ungkapan hati yang sangat bagus, tapi jangan terlalu hanyut dalam kesedihan yang berulang. Cukup hari ini untuk membuang semua kesedihan, esoknya kembali semangat dalam memperbaiki diri. Cinta adalah rasa sayang yang begitu ingin dimiliki. Namun jangan jadikan cinta adalah pendaratan terakhir yang bisa membuat dirimu tak mengenal dirimu sendiri. Lagu pesan terakhir ini juga penulis tujukan kepada seseorang yang sedang tak baik-baik saja bahkan ditinggalkan. Sebenarnya hati yang disakiti itu orang-orang yang terlatih, kelak aka nada seseorang yang begitu tulus mencintai tanpa pergi tanpa mencari yang lain lagi. 
    
                                                                                                 Medan, Februari 2022

Minggu, 21 November 2021

Maaf Ibu

Maaf Ibu

Oleh: Mona Athifa

            Mungkin saja hadirku kurang menyenangkan hatimu. Belum mencerahkan hari-harimu. Dan belum mengoptimalkan senyummu. Ibu, Aku hanya ingin satu, tolong hargai keberadaanku.

Tolong jangan tuntut aku dengan ucapan yang sedikit menyindir apalagi mengikuti seseorang yang suksesnya belum tentu sama jika aku mengikuti caranya.

            Andai ibu tahu, aku sudah berperang otak untuk memikirkan bagaimana caranya aku menjadi yang terbaik di matamu. Tapi tetap saja salah di matamu.  Aku tahu, kamu sudah banyak melewati berbagai rintangan dalam hidupmu, hingga akhirnya kamu mendapatkan apa yang ibu inginkan. Aku tahu, dulu dengan cacian, ibu bisa seperti ini. Tapi apakah itu berlaku juga denganku, ibu? Seoranga anak yang sangat membutuhkan motivasi bukan sindiran yang memabukkan.

            Aku juga tahu, ibu sangat mencemaskan masa depanku. Ibu juga gak percaya bahwa aku bisa memegang hidupku sendiri. Tapi, apakah ibu tahu kalau aku hadir karena izin Allah dan kesuksesan juga atas izin Allah. Aku gak tau lagi harus berkata seperti apalagi. Aku sebagai anak pertama begitu capek dengan tuntutan harus berhasil dan bisa menjadi panutan untuk adik-adik kelak bisa mengikuti kesuksesan aku. Ibu, apa kau tidak pernah melihat titik lelah yang sengaja aku sembunyikan darimu? Aku kalah, ibu. Aku gagal untuk menjadi seperti yang ibu inginkan. Aku gak bisa memberikan ibu dalam hal materi. Mungkin saat ini hanya doa yang kususun rapi dalam bait doaku untukmu, ibu.

            Terlalu sulit hidup yang harus aku perankan sendirian, sementara sayapmu enggan melindungiku. Bahkan perlindungan untuk diriku sendiri tidak kamu terima dengan alasan aku belum punya apa-apa yang bisa memberikanmu ini dan itu sama seperti anak-anak yang lain, bisa memberikan materi dan kebahagiaan disetiap gunjingan baik tentang anakmu. Maaf untuk tidak bisa membanggakanmu secepat yang ibu inginkan.

            Maaf ibu, aku tidak bisa menyampaikan bagaimana gelisahnya hatiku ketika aku tidak mendapatkan cinta darimu, aku hanya mendapatkan ketusan, cacian, sumpah, dan penolakan untuk aku bisa menjadi sukses. Dengan tulisan inilah, aku lebih leluasa menyampaikan betapa sedihnya hati ini. Betapa terpuruknya hati ini saat aku ingin benar-benar diakui sebagai anak yang membutuhkan perlindungan. Apa salah, ibu? Di saat aku belum berkeluarga, apakah aku bisa dipercaya bahakn ibu selalu memotivasiku dalam aktivitas yang aku inginkan.

            Ibu, bukan sindiran yang kumau, tapi disaat kamu bisa menguatkan aku. Menguatkan aku disaat aku merasa tertekan bahkan tidak bisa berbuat apa-apa. Ternyata ibu belum bisa memahami aku. Belum bisa mengerti aku, pemikiran aku, ataupun cara pandangku. Ibu selalu menomor satukan apa yang ibu katakana sendiri. Ibu, aku gak banyak menuntut, aku hanya ingin satu, tolong hargai keberadaanku. Bukankah jika sudah mengharga, ibu gak akan membanding-bandingkan anak sendiri dengan yang lain? Atau membandingkan dengan saudara-saudaranya.

            Seakan aku masih bertanya-tanya, ibu. Apakah hadirku hanya untuk menuruti isi hati dan perkataanmu? Apakah suara dan pembelaanku tak dipentingkan? Apakah pendidikanku dikatakan percuma? Dan profesiku malah dicemooh dengan tawa menyindir? Ibu, tolong dengarkan aku sekali aja, olong rasakan betapa sedihnya anakmu setiap hari, bahkan untuk merasa senang aja harus mikir-mikir, sebab aku takut dengan ucapanmu yang terus-terusan membuat hati patah. Ibu, apakah air mataku tidak berharga di hatimu?

            Aku tau dan sangat mengerti ibu, bahwa miskinnya kita pasti akan dicemooh oleh orang-orang, tidak diakui. Bukankah ibu menginginkan perubahan dalam keluarga kita? Menaikkan derajat keluarga? Sudah aku usahakan ibu, aku mencoba untuk tidak peduli dengan diriku sendiri untuk melakukan apa yang aku suka dan berharap akan berhasil. Tapi ketika ibu tidak memahaminya, ibu menghambat semuanya. Tidak layak seorang anak membenci ibunya sendiri. Dan dalam posisi ini, aku memanglah salah, menentang apa yang ibu ingin dan harapkan.

            Mendengar kisah anak-anak dari temanmu sedikit, ibu sampaikan kepadaku. Seakan ibu menginginkan kebahagiaan yang dimili oleh teman-teman ibu. Ibu, bolehkan aku bertanya? Apakah hadirku tidak membuatmu bahagia? Apakah aku harus mengikuti semua ucapanmu? Ibu pasti gak tau, kalau aku hampir menyerah untuk semua kisah yang harus aku atur sendiri bahkan kisahku saja enggan ibu intip. Tidak mempedulikan hatiku bahkan semakin menjadi-jadi untuk berbuat sesuka ibu. Aku bahkan sadar diri, ibu, aku menggunakan fasilitas yang ibu berikan kepadaku, bahkan aku masih tinggal bersamamu.

            Menikah? Ya, aku juga mengharapkan itu, tapi jodohnya juga belum keliatan, apakah harus dicemooh lagi? Aku ingin berkarya dan bebas tanpa ada rasa takut, ibu. Hanya itu. Dan engkau takkan mengerti. Takkan mengerti. Masalah yang satu belum tuntas, kini, ibu menuntutku untuk segera menikah dengan umur yang seharusnya untuk berkeluarga. Tidak mempedulikan hatiku bahkan harus mendapatkan seseorang yang bisa membanggakanmu, sama halnya seperti anak dari teman-teman ibu, menikah dengan seseorang yang bisa menjamin kehidupan. Apakah aku juga harus begitu, ibu?

            Ibu, aku ingin bebas berkarya tanpa ada rasa takut. Aku ingin bebas berbicara tanpa disanggah dengan sindiran. Apakah bisa, bu? Sebab uangmu bukan yang kuinginkan, meskipun dengan materi aku bisa menjadi seperti ini.

                Aku hanya ingin ibu memahamiku sedikit saja tanpa harus menyinggung perasaanku


November 2021


Jumat, 30 Juli 2021

Sebatas Pernah (Part 1)

            

              Ini kisah antara aku dan dia. Seseorang yang pernah aku kenal dan memberanikan diri untuk jatuh cinta. Tapi, semua tinggal cerita. Seperti kisah yang sudah habis waktunya. Hanya tersisa kenangan dan kebiasaan yang harus aku ubah tanpanya lagi. 

             Tuhan, aku ingin mengatakan kepada-Mu. Sungguh, aku sangat ingin memiliki makhluk-Mu itu. Aku pernah memimpikan kalau aku adalah wanita yang selalu dihatinya. Wanita yang selalu ia rindukan dan wanita yang tak pernah ia lepaskan tanpa alasan sedikitpun. Tapi, mimpiku seketika membangukanku bahwa dia merelakan untuk melepaskanku. Dia pergi meninggalkanku, katanya, dia tak sanggup melihatku banyak pikiran dan merasa kasihan kepadanya. Padahal, aku adalah wanita yang ingin selalu ada untuknya dan slalu ingin membahagiakannya. Tolong Tuhan, tegur dia kalau ada hati yang sakit karena ulahnya.

               Jika dia tak layak untuk kumiliki, tolong jangan hadirkan dia dalam lamunanku. Tolong jangan hadirkan dia dalam harapan yang tak lagi disentuh itu. Aku gak akan kuat, jika kisah ini usai begitu saja. Setelah cinta aku tancapkan sedalam-dalamnya, ia tega mencabut paksa. Sungguh, aku begitu sakit. Patah hati terhebatku yang ke dua kali setelah kehilangan ayah, kini aku harus kehilangan dia yang aku mimpikan. Tuhan, jika dia baik-baik saja tanpaku. Tolong bantu aku untuk bisa melupakannya, tolong bantu aku untuk tidak lagi berharap pada dia yang mengecawakan harapanku. Sungguh, begitu sakit hati ini, perih, dan aku sempat tak percaya kalau ini semua harus terjadi padaku.

                Kamu. Ia, kamu yang jauh di sana. Terima kasih ya, kamu pernah mencintaiku sedalam itu, pernah memperjuangkanku selama itu, pernah sabar dengan sikapku sejauh itu, pernah membicarakan masa depan kita yang tak bosan kita bicarakan. Terima kasih ya, untuk bahagia yang pernah kamu berikan kepadaku. Maaf, jika air mataku menangisi kepergianmu. Maaf, jika tangisku kehilangan kendali. Maaf ya, aku sulit untuk melepaskan kenangan tentang kita. Karena aku tak semudah kamu untuk melupakan. Kamu benar, aku adalah wanita yang bodoh, bodoh telah mencintaimu sedalam ini. Bodoh kalau kamu ternyata benar-benar pergi dan ingin melupakan semua tentang kita.

                    Aku bukan siapa-siapa lagi untukmu. Aku hanya orang asing yan kau kenal dulu. Aku tak ada hak lagi untuk rindu padamu, karena rindu yang kupunya tak pernah juga kau sapa. Kini, aku bukanlah ingin dan milikmu lagi. Kamu tega melepaskan aku yang tlah jatuh dalam cinta yang sulit aku kendalikan. Aku terlalu percaya, sampai-sampai tak pernah berpikir bahwa ternyata kita hanya sebatas pernah. Pernah bahagia dan pernah untuk saling memiliki. Terima kasih ya, untuk kisah yang akhirnya begini. Kamu yang baik di sana, ya. Jika ada yang berhasil menggantikan posisiku di hatimu, tolong, pertahankan dia. Dia tak boleh lagi kamu lepaskan. Mungkin aku adalah orang yang salah untuk kamu cintai. Sekarang, bahagialah! aku baik-baik saja tanpamu di sini. Aku janji kok, aku akan menjadi wanita yang kuat dan mandiri. Kamu tak usah cemas ya. Waktuku tak akan lagi memikirkan tentangmu. Aku akan berusaha untuk tidak mengingatmu lagi. Bukan tak lagi cinta. Tapi untuk apa, coba. Bertahan pada luka yang jelas-jelas kamu yang lakukan. Cinta yang tak ingin kamu miliki seutuhnya. Setidaknya, terima kasih ya, untuk patah hati terhebat ini. 

                         Ingat ya, setelah lepas denganku, tolong jangan lukai hatinya. Dia mungkin yang lebih baik daripada aku untuk menemani masa depanmu. Jaga dia dengan cara menghalalkannya. Karena wanita iu gak cukup untuk dimiliki saja tetapi ingin dihalakan sebagai bukti dari cinta yang benar-benar nyata. Tenang saja ya, aku baik-baik saja. Hatiku takkan memberontak, aku yang mengendalikannya. Kamu fokuslah pada dia dan masa depanmu. Aku di sini juga begitu, fokus pada mimpi yang belum selesai. Akhirnya aku selesai juga mencintaimu, selesai untuk berharap padamu. Kini, aku berikan laporannya pada Rabbku. Keputusannya, Allah lah yang memutuskan. Akankan aku bersamamu atau Allah telah mempersiapkan seseorang yang baik dan tidak akan meninggalkanku dengan air mata. 


Part 1