Senin, 30 Mei 2022

Aku dan Diriku

         Hei, aku gak tau lagi harus gimana. Semuanya gak sesuai dengan rencana. Ada-ada aja yang gagal begitu saja. Sabar sudah aku rajut dengan seksama, tapi sulit untuk menyusunnya. Apalagi aku anak pertama, yang selalu bermanja dengan kata-kata. Ah, ntahlah, semua begitu cepat terjadi di dunia. Serasa yang digenggam malah terlepas tanpa ampun. Tak dapat lagi berkata-kata hanya bisa mengikhlaskan saja. Menyerah tapi gak boleh. Ntah apa yang dipikirkan oleh diri ini. Berjuang tapi malah suka rebahan tanpa bergerak. Bertengkar pada diri sendiri sering aku lakukan.

            Aku dan beberapa temanku awalnya sangat dekat. Mungkin karena sama-sama berjuang untuk bisa wisuda. Tapi akhirnya semua berpisah perihal sudah menikah. Tak ada lagi suara dalam ponselku dan tidak ada lagi chat yang mewarnai wa ku. Semua sudah sibuk dengann urusan masing-masing. Untuk sekadar ngobrol saja begitu enggan. Aku juga tak menyalahkan takdir yang begitu memaksaku untuk tetap kuat dan bisa melakukan sesuatu seorang diri. Sendiri tanpa ditemani. Bagaimana lagi, semua harus dinikmati tanpa keluh kesah walaupun sebenarnya ingin menyerah akan tetapi semuanya belum selesai. Aku belum mendapatkan apa yang aku mau. 

            Terkadang untuk menguatkan diri saja butuh proses. Tidak smeudah memberi saran kepada orang yang membutuhkan. Diri sendiri sulit dalam memahami. Perlu desakan atau kecaman dari diri untuk bisa melakukan sesuai yang diinginkan hati. Sudah selesai urusan pekerjaan, kini dihujat dengan pertanyaan, "Kapan Nikah?" Ya, semua pasti pernah dihujat bahkan dari situ kita pun punya hajat. Mereka punya mulut tapi tak punya hati. Gini aja, kita dilahirkan ke dunia karena izin Allah. Dan semua yang terjadi di dunia atas diri kita juga atas izin ALLAH. LAntas, kenapa harus bertanya padaku, sementara Allah belum menjawab pertanyaan dariku. Jika kata Allah, jodohku sudah mendekat, aku akan bersiap. Tapi jika kata Allah, jodohku belum mendekat, aku akan terus memperbaiki diri. Karena menunggu yang tak pasti itu menyesakkan tetapi menunggu dengan terus memperbaiki diri akan mengubah kualitas hidup kita.

                Rasanya aku ingin sekali menjerit. Tak terima dengan jalan cerita hidupku. Bisa-bisanya aku dilahirkan di keluarga yang menguji mentalku. Sedikit diasingkan rasanya tak enak. Untuk dipertemukan dengan jodoh secepatnya tanpa menye-menye juga tak ada yang serius. Semua omong kosong, tak ada yang berani mendekat. Hari ini aku benar-benar dilema. Bahkan yang dipikirkan hanya kerja dan uang. Setidaknya bisa mencari uang untuk kehidupan masa depan sebelum jodoh berakad. Aku benci, serius aku benci dengan semuanya. Rasanya sulit sekali untuk bisa fokus pada tujuan. 

                 Bersambung


Rabu, 09 Maret 2022

Terima Kasih Sudah Mau Bertahan

TERIMA KASIH SUDAH MAU BERTAHAN

               Mungkin aku terlalu gak percaya pada diri sendiri. Menganggap semua kisah yang berurai air mata adalah kebencian Semesta terhadapku. Atau mungkin dugaan-dugaan yang hanya buatku semakin terluka dan terpuruk. Ya, tepat sekali. Hari ini aku bergelut lagi dengan air mata. Rasanya capek tapi masih saja air mata menyukai diri ini yang lemah. Padahal besok harus bisa berpura-pura bahagia lagi di depan banyak orang. Bukankah semua harus diperankan dengan baik?

            Matahari mengajarkan bahwa disetiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi sayangnya matahari bukan kamu. Mekipun ada pertemuan tapi matahari tetap bisa menemui pagi penuh ceria. Perpisahan hanya sementara bukan selamanya seperti yang kamu inginkan. Ya, begitulah jikalau ada hati yang merasa ditinggali.

            Memang benar, akan banyak hati yang menawarkan diri untuk menetap pada hati yang ia inginkan. Bahkan merayu Sang Pencipta agar kelak disatukan. Untuk hati yang tidak ingin bertahan, terima kasih kalau ternyata adanya aku hanya sebatas pernah dan kisah. Terima kasih pernah berharap walau akhirnya akan lenyap. Terima kasih pernah berjanji walau untuk diingkari. Terima kasih tlah meminta walau harus tiada. Terima kasih tlah berani menggenggam walau akhinya tenggelam. Terima kasih tlah menawarkan harapan walau tak sampai ke masa depan.

            Untuk hati yang tidak ingin bertahan, aku ingin mengucapkan sabda selamat tinggal untuk semuanya. Semoga hari-hari begitu akrab dengan kebahagiaan dan senyum itu selalu mekar disetiap keadaan. Sebab belajar ikhlas bukan perkara cepat atau lama tetapi perkara merelakan tanpa ada keinginan pulang pada bayangan.

 

Kamu yang Bertahan

          Bukankah setiap kisah dilatih, ditegur dan akhirnya dipeluk? Setiap kisah memang berbeda, setiap air mata berbeda pula penyebabnya. Semua adalah cerita yang tak patut untuk menyilakan rasa iri bertamu. Aku yang dibanjiri air mata dan kamu yang selalu sabar dalam pelukanku. Aku yang sering gak percaya diri dan kamu yang selalu menguatkanku. Aku yang masih ditimang-timang rasa ragu dan kamu yang menghentikan raguku dengan setiamu. Aku yang lemah dan kamu yang kuat. Kamu tetap bertahan walau keadaan yang sering tak baikan. Kamu yang masih berpendirian walau jarak diuji dengan kerinduan. Kamu yang yakin walau sebenarnya ada banyak tawaran hati yang tak main-main.

            Aku ingin kamu seperti itu, tetap menjadi seperti lelaki yang pertama kali aku cintai begitu juga seterusnya. Jangan ada yang berubah walau mungkin tak parah. Jangan ada yang ragu walau ada yang sedang menjamu. Jangan ada rasa bosan meski dihadapan sedikit menyenangkan. Jangan ada kata “Tak lagi cinta” karena ada cinta baru yang ingin dicicipi di depan mata. Jangan ada niat untuk pergi walau segaris 1 cm. Jangan ada pisah walau mungkin sedikit lelah. Bisa kan?

 

Terima Kasih Sudah Mau Bertahan

          Ucapan terima kasih mungkin tak cukup untuk memelukmu secara utuh. Tapi ucapan terima kasih adalah bentuk terima kasih dari hati karena kamu sudah mau bertahan. Bertahan dengan aku yang egois, cerewet, curigaan tak jelas, dikelilingi rasa khawatir, sering menyalahkan keadaan, gak romantis, dan mungkin kamu sudah hafal dengan sikapku itu.

            Aku juga gak tau, sampai kapan kamu bisa bertahan. Tapi yang aku harap, kamu jangan pergi setelah memberi rasa nyaman yang lebih di hati. Karena rasa nyaman yang kamu berikan sudah kurawat dengan baik. Tinggal restu dari Sang Pencipta, untuk menyatukan hati kita. Bahkan restu dari keyakinanmu, untuk merasa siap dan yakin dalam menjadikanku sebagai kisah yang menemani masa depanmu.

            Terima kasih sudah mau bertahan walau belum sampai ke pelaminan.

 

Mona Ms. 


Rabu, 02 Maret 2022

Hanya Memeluk Sepi

          Tak dapat yang bisa kukatakan selain pada tulisan yang setia menemani. Sebab tak banyak diantara mereka  yang bosan dengan cerita yang itu-itu saja. Ataupun keluh kesah yang membuatnya menjauh. Aku sendiri, gak tau kepada siapa kuingin bercerita tentang hari-hariku hari ini. Semua yang kukenal, perlahan-lahan pergi. Mungkin tak pamit ataupun sebatas menemui untuk yang terakhir kali. Semua sibuk dengan kisah-kisahnya. Termasuk KAMU. Ya, KAMU. Seseorang yang kunantikan tiap malam dipukul 21.00 WIB. Seseorang yang bertanya, " Bagaimana hari ini? Menyenangkan tidak?" atau "Ada cerita apa hari ini?" Setidaknya itu mengizinkan aku untuk bercerita apa- apa saja yang kualami hari ini. Aku ingin bercerita banyak hal, tapi kamu tidak pernah memberi izin dan waktu akan hal itu. 

               Ya, aku tau kalau kamu sibuk. Dan    setelah bekerja terasa sangat melelahkan. Kamu memilih istirahat karena memang itu yang aku inginkan, yaitu menjaga kesehatanmu di sana. Tapi kamu gak tau, ada rindu yang berujung air mata di sini. Ada harap yang sukar dikendalikan. Tapi kamu gak pernah mengerti. Aku gak tau, kepada siapa aku bercerita, tentang air mata, kepedihan, kekesalan, dan semuanya. Kamu malah mengajarkan aku untuk terbiasa tanpamu. Sungguh, kamu tega. Setelah kamu biarkan aku merasa butuh, kini kamu ajarkan aku untuk memeluk sendiriku lagi. Mungkin aku egois, ya, aku sadar itu. Tapi aku hanya butuh waktumu untuk berbicara tentang hidupku hari ini. Bukan pertanyaan, "Udah makan?". Bukan, aku gak butuh pertanyaan itu. 

           Kini, semuanya sudah sangat berbeda. Kamu mengajarkan aku untuk memeluk sepiku lagi, untuk bercerita kepada diriku sendiri. Untuk menahan segala apa yang terjadi. Kamu tau kalau aku lemah dan tak kuat. Tapi kamu terlalu terobsesi dengan tujuanmu. Meskipun ada sedikit tujuan untuk memilikiku, tapi aku benar-benar gak bisa bertahan pada sendiriku.

          Maaf, aku tlah mengganggu istirahatmu. Untuk kedepannya, aku akan belajar untuk tidak mengganggu istirahatmu. Aku akan terbiasa dengan hal-hal yang baru lagi. Aku juga akan mengurangi kadar berharap untuk bisa bersamamu. Mungkin akan ada air mata yang mengalir mengingat kenangan saat bersamamu. Tapi aku pastikan tak akan berujung lama. Kamu tetap fokus ya, sebab selain aku ada orang-orang yang kamu biayai dan banggakan. Maaf untuk aku yang tak pengertian akan sibukmu. Maaf untuk aku yang egois pada inginku. Dan maaf untuk aku yang sedang belajar untuk tidak mengharapkanmu lagi. 

Mona Ms.

              

Kamis, 24 Februari 2022

Saat Pesan Terakhir Mendarat

Saat Pesan Terakhir Mendarat 




     Lagu karya Lyodra yang berjudul Pesan Terakhir membuat para pecinta musik hanyut dalam perasaan yang mendalam. Apalagi yang mendengarnya adalah para yang tersakiti. Hal itu sudah jelas, bahwa cinta pada akhirnya harus memilih, luka atau suka. Tak dapat dipungkiri juga, bahwa lagu tersebut sangat mewakili perasaan seseorang. Saat sayang harus dibuang demi keselamatan hati sendiri.     Pada kutipan lagu “Tapi di mana nanti kau terluka, cari aku, ku ada untukmu.” Seolah-olah, ada harapan yang diinginkan untuk bisa kembali seperti dulu. Lebih tabah untuk disakiti lagi. Padahal cinta yang disia-siakan seharusnya tak dihiraukan sama sekali. Sebab hakikatnya, cinta adalah rasa menerima sepenuh hati tanpa ada penolakan. Memberikan kasih sayang adalah sebagai wujud dalam membuktikan cinta. Setelah itu, sebagai wujud dari cinta adalah sebuah janji yang disaksikan oleh para saksi dan ditulis di buku nikah. Awalnya di hati kemudian di buku nikah. Sederhana bukan? 
     Setiap lagu punya maksud dan tujuannya. Sebab karya bebas diolah sedemikian rupa oleh penulisnya. Lagu berjudul Pesan Terakhir dibalas dengan lagu Bagaimana Kalau Aku Tidak Baik-Baik Saja membuat perasaan semakin dicampur aduk. Setelah diberikan lagu pesan terakhir, disusul dengan nyanyian bagaimana kalau aku tidak baik-baik saja. Ada pertanyaan yang sangat mendalam ketika hati tidak menjadi pilihan. 
     Semakin hari, selain puisi, musik salah satu penyampaian pesan yang berirama. Selalu diulang dan tak bosan untuk dinyanyikan di manapun. Musik dengan untain kata-kata yang menyentuh menjadi popular dikalangan remaja, dewasa, bahkan anak-anak. Semua untaian perasaan yang tak bisa dilisankan oleh seseorang. Sama halnya dengan puisi, tapi puisi berbeda, puisi yang belum disyairkan menjadi lagu, akan menjadi penikmat sendiri bagi penyuka sastra. Sedangkan musik, semua kalangan pasti menyukainya. 
     Pesan terakhir oleh Lyodra membuat hati begitu berperasa, setiap tulisan yang sederhana dinyanyikan dengan penuh penghayatan. Dan bagi yang sedang mengalami, pasti sangat tersentuh seperti mewakili perasaannya sendiri. Salah satu lirik yang mengatakan, cinta yang tak terbalaskan. Sungguh mengiris hati, jika yang dicintai malah menyukai orang lain bahkan memilih yang lain sebagai tujuan hidup masa depannya. 
     Semua yang dirilis menjadi lagu adalah ungkapan hati yang sangat bagus, tapi jangan terlalu hanyut dalam kesedihan yang berulang. Cukup hari ini untuk membuang semua kesedihan, esoknya kembali semangat dalam memperbaiki diri. Cinta adalah rasa sayang yang begitu ingin dimiliki. Namun jangan jadikan cinta adalah pendaratan terakhir yang bisa membuat dirimu tak mengenal dirimu sendiri. Lagu pesan terakhir ini juga penulis tujukan kepada seseorang yang sedang tak baik-baik saja bahkan ditinggalkan. Sebenarnya hati yang disakiti itu orang-orang yang terlatih, kelak aka nada seseorang yang begitu tulus mencintai tanpa pergi tanpa mencari yang lain lagi. 
    
                                                                                                 Medan, Februari 2022